HYPER GRACE - Eliezer M Kriswanto

MENYINGKAP POLEMIK YANG SEDANG TERJADI DARI AJARAN "KASIH KARUNIA OVERDOSIS" (HYPER GRACE) DAN BAHAYANYA



A. Apa itu Hyper Grace?

            Hyper grace muncul sebagai suatu gerakan dan pengajaran dalam dunia Kekristenan pada 2007<. Episentrum dari gerakan ini berpusat pada sebuah konsep yang melandaskan dari keyakinan tentang anugerah Allah dalam rupa kasih karunia yang disebut dengan hyper grace. Gerakan ini dikenal dengan sebutan reformasi akan kasih karunia atau revolusi kasih karunia.

            Secara mendasar kasih karunia bersandar pada sebuah ajaran yang mengabarkan berita berisi kasih Allah serta berita tentang pengampunan dari Bapa (Allah) melalui karya Yesus Kristus di kayu salib yang sudah seharusnya dikabarkan kepada seluruh dunia. Hal ini yang mendorong Brill untuk menyatakan bahwa kasih karunia dari Allah mempersiapkan dan membawa seorang kepada pertobatan. Konsep kasih karunia menjadi titik pijak ajaran hyper grace sebagaimana para reformis seperti Calvin dan Luther menjadikannya pusat dari doktrin keselamatan. 

            Selanjutnya Prince mengartikan hyper grace sebagai suatu ajaran yang berusaha memudahkan para pembaca dari jaman ini dalam memahami kepenuhan kasih karunia (kasih karunia overdosis). Dalam ilustrasi yang berusaha menggambarkan makna ajaran ini disebutkannya bahwa kemurahan yang tidak layak diterima dan kasih karunia merupakan kemurahan Tuhan yang tidak pantas, tidak dapat diusahakan maka hal itu tidak layak diterima. 

            Secara etimologis hyper grace berakar dari dua kata yaitu hyper yang memiliki arti berlebihan dan grace yang berarti anugerah atau kasih karunia. Dalam pengajaran yang dilakukan Prince menyatakan karakteristik mendasar dari ajaran ini yang menekankan pada besarnya kasih karunia Allah yang membuat orang-orang yang percaya tidak perlu lagi mempertanggungjawabkan dosa-dosa yang dilakukannya. Tidak perlu memohon pengampunan karena atas kasih karunia Tuhan segala dosa yang dilakukan telah diampuni secara otomatis. 

B. Hyper Grace yang memyimpang 

         Pemahaman radikal semacam diatas yang membedakan ajaran hyper grace dengan konsep grace atau kasih karunia yang menjadi salah satu fundamen dari ajaran Kekristenan. Pangaribuan memperjelas perbedaan keduanya dengan menyatakan bahwa hyper grace memberi penekanan pada kasih karunia secara radikal dan mengabaikan tuntutan Tuhan akan kebenaran. Kebenaran pada dasarnya tidak bertentangan dengan kasih karunia, bahkan keduanya berpadu menyatu dalam Kristus, seperti dalam Yohanes 1:14 menyatakan: "....penuh kasih karunia dan kebenaran".

        Gerakan dan pengajaran hyper grace yang bertumpu pada pemahaman yang demikian berimplikasi pada pandangan terhadap hukum taurat yang dianggap hanya berlaku bagi bangsa Israel saja. Kehadiran Yesus beserta karya-Nya dalam penyaliban dianggap telah menggantikan hukum taurat sehingga tidak berlaku lagi bagi orang yang percaya (gereja masa kini). Bahkan lebih jauh, kebergantungan pada hukum taurat dalam legalisme justru dapat menularkan dosa. 

     Pandanagan dari doktrin keselamatan hyper grace yang menentang hukum taurat memiliki keterkaitan cara berpikir dengan aliran Antinomianisme yang muncul pada abad ke-2 dan tumbuh dari sekte Adamit dari Afrika Utara. Seperti halnya pengertian harafiah dari antinomianisme yang berarti melawan hukum, maka aliran ini menganjurkan pemerdekaan diri dari hukum taurat karena orang-orang Kristen telah mendapat kasih karunia dari Tuhan. 

        Doktrin keselamatan hyper grace meski berpangkal pada konsep kasih karunia sebagaimana pandangan reformis seperti Calvin dan Luther yang memiliki pangkal pemikiran yang sama. Dalam pandangan Calvinis, dosa pada manusia mengakibatkan kerusakan total yang memerlukan penyelamatan. Berbeda dengan hyper grace yang berpendapat bahwa penebusan dosa dan keselamatan manusia berlangsung secara otomatis atas kasih karunia Tuhan yang tanpa syarat, doktrin keselamatan Calvinis justru memperkenalkan apa yang disebut sebagai Limitet Atonement. Disebut terbatas karena penebusan tersebut hanya untuk orang-orang percaya, pandangan tersebut berlandaskan pada Yohanes 10:15 dan Efesus 5:25

          Demikian juga dengan pandangan soteriologis dari Luther yang memandang bahwa meski penyelamatan manusia dari dosa merupakan sesuatu yang mutlak terjadi karena kasih karunia Tuhan dan menolak pandangan yang menyebutkan hal ini dapat terjadi karena perbuatan manusia, namun Luther tetap memandang bahwa penyelamatan manusia dilakukan agar menghasilkan buah pertobatan. Diilustrasikan dengan anggur yang mana pokoknya yang benar yaitu Yesus dan cabang-cabang-Nya (jemaat) pada dasarnya bertujuan sama yakni menghasilkan buah bagi Tuhan dan menyampaikan kasih Tuhan yang menyelamatkan ke dalam dunia. Setiap cabang yang tidak menghasilkan buah (pertobatan) akan dipotong. 

B. Bahaya Hyper Grace

            Hyper grace sebagai sebuah gerakan dan pengajaran memiliki bahaya yang serius karena menganjurkan pengingkaran terhadap pengaruh dosa dalam keselamatan. perihal dosa dalam gerakan dan pengajaran itu dipandang sebagai sesuatu hal yang remeh karena secara otomatis akan diampuni berkat kasih karunia Tuhan. Bertolak belakang dengan itu, Rasul Paulus justru menekankan bahwa dosa merupakan salah satu masalah mendasar dalam kehidupan umat manusia (Roma 3:23, 6:23).

                 Bahaya lain yang dibalik gerakan dan pengajaran hyper grace adalah daya dorong bagi orang-orang untuk tidak memiliki beban dalam mengerjakan dosa. Hal ini disebabkan oleh pandangan tokoh-tokoh yang mempelopori ajaran kasih karunia yang overdosis ini yang menganggap perasaan berdosa adalah strategi iblis yang membuat seseorang menjadi merasa tidak layak memperoleh kasih karunia Tuhan. Tidak ada beban untuk melakukan dosa karena Tuhan pasti akan mengampuni dosa secara otomatis tanpa kita perlu melakukan pengampunan/pengakuan dosa kepada Tuhan karena dosa-dosa yang kita lakukan.  



 TUHAN MEMBERKATI









Daftar Pustaka

Brown, Michael L. Hyper Grace-Kasih Karunia Overdosis. Jakarta, Nafiri Gabriel, 2015, hlm.2.

Brill, Wesley. Dasar yang Teguh. Bandung, Yayasan Kalam Hidup, 1975

Prince, Joseph. Unmerited Favor (Kemurahan yang Tidak Layak Diterima). Jakarta, Immanuel, 2014, hlm. xvii.

Prince, Joseph. Unmerited Favor (Kemurahan yang Tidak Layak Diterima). Jakarta, Immanuel, 2014, hlm. 257.

Prince, Joseph. Destined to Reign. Jakarta, Imanuel Publishing House, 2014, hlm. 101-102.

Wommack, Andre. Anda Sudah Memiliki Segalanya. Light Publishing, 2009, hlm. 24.

Wommack, Andrew. Anda Sudah Diberikan Kemenangan. Jakarta, Light Publishing, 2009, hlm.14.

Jura, Demsy. “Kajian Soteriologi dalam Teologi Universalisme, Calvinisme dan Arminianisme Serta Kaitannya dengan Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.” Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen, vol. 1, no. 2, 2017, pp. 21-58, http://ejournal.uki.ac.id/index.php/shan/article/view/1484/1184. Accessed 24 Mei 2022, hlm.22.































            


Komentar